DINA KE BELANDA! - Part 1
Hai,
teman-teman. Apa kabar? Semoga baik-baik aja ya! 3 November 2017, aku sedikit
mencari “Sweet Escape” setelah sebulan terakhir berada di Kota Lorrach dan
segala up and down moments here. Sweet escape ini jatuh ke negara Belanda,
sebenernya banyak “kebetulannya” aku memilih Belanda. Salah satunya karena
orang tua Evita sedang melakukan project
dari kantornya di Amersfoort, sekalian melepas rindu anak kepada bapaknya aku
ikut deh ke Belanda. Hehe. Selain itu, Belanda kebetulan adalah negara yang
sempat aku jadikan incaran 5 tahun lalu, sebelum Spanyol dan Finlandia untuk
saat ini. Kebetulan yang menjadi sisanya adalah aku sempat nabung untuk “Trip”
selama sebulan terakhir dan ternyata uangnya cukup untuk ke Belanda, terjadilah
perjalanan ini!
The journey
began! Aku berangkat dari Lorrach, Germany pukul 19.00 menuju Kota Bassel yang
ada di negara Swiss. Dari Lorrach ke Bassel hanya memakan waktu 15 menit
menggunakan kereta, kalau di Indonesia namanya Commuter line, tapi harganya
berlipat-lipat daripada commuter line di Indonesia. Dari Lorrach ke Bassel
harga tiketnya 3.40 Euro atau sekitar 54.000 rupiah. Nah, kalau di Indonesia
namanya PT.KAI, kalau di Jerman namanya DB atau Deutsche Bahn.
I would say,
being an excursionist in Indonesia is a lot of fun, since it has low price for
public transportation cost. I have spent a lot of money only for paying public
transportation ticket. However, big number of people still use public
transportation because in some cases it’s cheaper than using their own car and pay
for gasoline.
Ini bukan tiket
yang aku gunakan untuk perjalan dari Loerrach ke Bassel SBB, tapi ini tiket dari trip aku setelahnya yang saat itu menuju Basel Bad BF. Anyway, ini bentuk tiket keretanya, masih di printing
diatas kertas. Cara beli tiketnya gimana? Jadi sama kayak beli tiket commuter
line di Indonesia, sistem mesin otomatis tanpa mas-mas atau mbak-mbak loket. Kamu tinggal pilih tujuannya mau
kemana, terus masukkan uang nya ke mesin yang tersedia. Untuk pecahan bisa 5
euro dan 10 euro (untuk uang kertas), kalau untuk uang koin bisa semua pecahan.
Nanti kembaliiannya juga keluar dari mesinnya, jadi tidak harus pakai uang pas.
Nah, kalau di Indonesia namanya “Peron” atau “Platform”, disini namanya “Gleis”
atau “Track”. Dimana tempat kalian berdiri untuk menunggu kereta. Jangan sampai
salah peron ya.
Tiba-tiba suhu
drop mencapai 6 derajat Celsius saat kami sampai di stasiun Bassel SBB.
Selanjutnya, aku menumpang public
transportation yang bernama flix bus untuk mencapai Amsterdam Sloterdijk. Flixbus adalah salah satu transportasi umum
yang paling populer di Eropa. Rute mereka bisa dibilang lengkap, menjangkau hampir
setiap kota besar di wilayah Eropa. Harga yang affordable dan masuk akal. Kalau di Indonesia aku langganan
Primajasa, disini aku langganan Flixbus. Untuk teman-teman yang berencana
berkeliling Eropa dengan flix bus, lakukan pemesanan dari jauh-jauh hari ya.
Karena semakin mepet, maka harganya akan semakin mahal. Bahkan jauh lebih
mahal, bedanya bisa sampai 10 euro! Sayangkan?
Yang terjadi
padaku dan temanku adalah “mepet”. Sehingga kami harus membayar tariff yang
lumayan tinggi karena kemepetan pemesanan tiket. Harga tiket dari Basel ke
Amsterdam Sloterdijk dikenakan sebesar 46 euro atau sekitar 736.000 rupiah
(Mengikuti kurs 1 euro = 16.000 rupiah),
padahal harga terendahnya bisa 36 euro. Perjalanan dari Swiss ke Belanda
memakan waktu 11 jam dengan sistem direct
(tanpa transit dan tanpa ganti armada
bus).
Saat kalian
berpergian dengan transportasi umum, usahakan berada di pick-up point 15 menit
sebelumnya ya, mereka selalu datang tepat waktu. Kalaupun mereka terlambat maka
kamu akan menerima SMS notifikasi resmi yang menjelaskan jika mereka datang
terlambat. Beberapa shelter bus (pick up point) terkadang membingungkan.
Contohnya yang terjadi pada kami saat mencari pick-up point flixbus di Kota
Bassel. Mereka tidak menyiapkan halte yang “proper” atau secara fisik terlihat
seperti halte melainkan hanya seonggok sign berwarna biru dan merah disamping
tong sampah besar dan tertera tulisan “BUS”. Dititik itu kami menunggu flixbus.
Ketelitian dan kecekatan sangat diperlukan disini. Kami menanyakan 2 orang
penjaga untuk menemukan titik pick-up.
Oh iya, just for
a suggestion, lebih baik melakukan pemesanan online untuk setiap transportasi
umum saat melakukan cross-country (khususnya Flixbus, dan moda lainnya yang
membawa mu dari negara A ke negara B), karena aku selama ini belum pernah liat
ada yang beli langsung alias on the spot
untuk perjalanan antarkota atau antarnegara. Berbeda cerita kalau kamu mau beli
on the spot dari Bandara Internasional,
masih memungkinkan karena mereka (perusahaan transportasi umum) punya kantor
cabang yang melayani pembelian tiket di Bandara. Jangan lupa bawa passport ya!
Well, setelah menunggu 30 menit di pick-up point dan kedinginan, akhirnya Flix bus dengan tujuan Amsterdam datang! Tapi sayangnya, flix bus yang kami tumpangi saat itu tidak memiliki wifi. Sepanjang perjalanan kami hanya memandangi jalanan sampai tertidur. Yang paling berkesan adalah berada di 5 negara selama 1 hari! Bus yang kami tumpangi berhenti dibeberapa titik di 5 negara yang berbeda loh! Yang pertama adalah Switzerland lalu ke Perancis, Luxembourg, Belgia baru deh sampai di Belanda!
Sepanjang
perjalanan aku melihat perbedaan arsitektural yang sangat-sangat kontras.
Sayang saat itu malam hari, sehingga tidak ada aktivitas yang bisa aku
pelajari. Foto yang aku ambil pun sangat tidak jelas, gelap. Yang pasti,
disalah satu negara yang aku lewati traffic
light nya hanya terdiri dari warna merah dan hijau! Tanpa lampu kuning!
Menarik!
Bus yang kami
tumpangi saat itu bukan bus 2 tingkat, kapasitasnya mungkin hanya 60-70 orang.
Namun, orang-orangnya beragam! Mereka datang dari kebangsaan yang berbeda-beda.
Sempat saat di pick-up point Belgia aku melihat orang Indonesia yang naik dan
mengambil duduk dikursi paling belakang. Aku semakin yakin ia orang Indonesia
karena ia berbicara “Anjir”. Fix. Setelahnya banyak orang timur tengah dan
Eropa. Kami disatukan dalam satu bis dan tertidur.
Secara total,
perjalanan dari Switzerland ke Belanda memakan waktu 11 jam. Kami sampai di Amsterdam
Sloterdijk pukul 08.30 A.M zona waktu Belanda. Suhu saat itu 6 derajat Celsius.
Sampai akhirnya kami memutuskan menukar 4.5 euro untuk segelas pumpkin spicy
latte di Starbucks Amsterdam Sloterdijk. Tidak ada pilihan lain, kami butuh
tempat duduk dan ruang tertutup untuk menghangatkan tubuh sambil menunggu ayah
Evita datang. Hal menyebalkan datang setelahnya, kedua cup dituliskan nama
“EVITA” oleh pegawai Starbucks. I know that’s such a little thing, but for some
people who know what the identity matters that such an annoying thing to happen.
My name is Dina, could you please just write it “Dina” or just left it blank
instead writing another name which is not mine. Untung masih ditulis "Evita" jadi aku masih me-recognize kalau that cup belongs to me, coba ditulis nama lain "Susan" misalnya..... Terus aja aku ngantri sampai sore :(
In the end, I didn’t think about it for any further and nothing happened. Ketawa - ketawa lagi dan ngobrol ngalor ngidul sama Evita.
In the end, I didn’t think about it for any further and nothing happened. Ketawa - ketawa lagi dan ngobrol ngalor ngidul sama Evita.
Di Amsterdam
Sloterdijk ini ada piano yang bisa dimainin sama pengunjung, lho! Tapi sayang
tempat duduknya justru dipakai duduk orang lain who weren’t willing to play the
piano. Yang mau main jadi gabisa main gara-gara didudukin orang lain tempat
duduk player nya. Sekitar 30 menit setelah kami menunggu, ayah Evita datang!
Dan beliau membawakan kami 2 potong roti Albert Heijn, salah satu bread factory yang populer disini. Kalau
di Indonesia, sekelas sama bread talk. Kamu kalau ke Belanda harus banget sih
mampir di toko nya Albert Heijn and try them! To be honest, aku tidak menemukan
HOLLAND BAKERY disini.
Selama di
Amsterdam kami menginap di daerah Osdorp. Kami menyewa homestay disana, jadi
rumah tersebut dimiliki oleh orang Indonesia. Pemiliknya adalah Pak Warta, ia
memiliki 2 kamar kosong dirumahnya. Kami menginap disana! Sebelumnya kami tidak
saling mengenal, tapi lewat website serbalanda.wordpress.com dan berkomunikasi
dengan Pak Eka Tanjung, kami memutuskan untuk menginap dirumah Pak Warta selama
3 hari 2 malam. Harganya 25 euro/malam/orang. Setiap pagi kami disuguhi roti,
susu, keju dan daging salami. I would
say, if you like being in crowd, and willing to get to know new people, choose
homestay for accommodation. The price is lower than any hostel or hotel anyway.
Hari pertama di
Belanda! 3 November 2017. Kebetulan ayah Evita sudah membeli tiket travel 24
jam saat beliau tiba di bandara Schiphol. For your information, ada BANYAK BANGET
jenis tiket di Belanda, khususnya di Amsterdam. Since this country has a lot of
public transportation types. So, think correctly considering how long you will
stay in Netherlands and which part of Netherlands you wanna get wet. After that
choose the ticket package which is suitable you and your journey plan. But if
you go unplanned, just like me at that time, so just ask the information center
about “What are “must-place(s)” to go in this region?”. They will guide you to
choose and plan a bit of your day-trip with friendly manner.
Transportasi
umum di Belanda terdiri dari Tram, Kereta dan bis/bus, nggak ada angkot apalagi ojeg. Bus Hop on Hop off tidak
termasuk perhitungan ya, karena bus tersebut berasal dari perusahaan penyedia
jasa layanan transportasi yang berbeda dan belum terintegrasi dengan “TRAVEL
TICKET”. Jadi per-tiketannya pun berbeda.
Apakah bisa membeli tiket langsung di bus/tram/train nya langsung (OTS)? Untuk tram dan bus masih bisa dilakukan, namun siap-siap merogoh kocek sangat-sangat dalam. Karena akan sangat mahal jika membeli non-paket. Untuk train, harus melalui tiket office yang ada di stasiun atau di mesin tiket otomatis, dan sekali lagi akan sangat-sangat boros dan menghabiskan uang tidak karuan! Ticket and Information office akan tutup di hari minggu. *noted it*
Semua transportasi umum dilengkapi mesin “ticket-tapping”
(ini aku bikin Bahasa sendiri, karena aku gatau namanya apa), jadi setiap masuk
ke transportasi umum kita harus check in di mesin itu dan saat turun juga harus
check out dengan cara menempelkan kartu tiket kita di mesin tersebut. Bahkan
untuk memasuki stasiun kereta, kalian harus udah memiliki tiket karena ada
portal yang hanya bisa terbuka jika dilakukan tapping-ticket.
Setelah
menimbang-nimbang dan memperhitungkan kemana kami akan pergi selama di Belanda.
Maka pilihan kami jatuh ke “AMSTERDAM & REGION TRAVEL TICKET” yang valid
selama 48 jam sejak di “tapping” pertama kali. Harga nya adalah 26 euro (Rp.
416.000). Nah, dengan tiket ini kamu bebas, se bebas bebas nya mau naik tram
berapa kali, mau naik kereta sampai pusing dan naik bus sampe bosen, tinggal
tap aja kartu nya. Tidak ada limit apapun, kecuali limit region. Jadi kartu ini
hanya bisa digunakan di Amsterdam daerah sekitarnya yang berdekatan. Ibaratnya
seperti Jabodetabek.
Tiket ini dilengkapi dengan peta tentang jangkauan wilayah yang vaid untuk kartu tiket merah ini. Secara keseluruhan, Travel Ticket ada 8 jenis. Perbedaan harga nya bergantung pada berapa lama tiket tersebut valid, (1-3 hari) dan kemana saja jangkauan wilayah tiket tersebut. (Amsterdam, Amsterdam and Region dan Seluruh Belanda). Tiket paling mahal adalah tiket yang jangkauannya seluruh Belanda untuk jangka waktu 24 Jam. Harganya 36 euro pada saat itu.
Jadi, untuk teman-teman yang berencana berpergian ke Belada dalam jangka waktu yang relative singkat, ada baiknya memilih paket "TRAVEL TIKET" karena jika diakumulasi maka akan lebih menghemat budget dan mempermudah teman-teman untuk mengeksplorasi Belanda dengan waktu yang lebih efisien. Semoga post-an ini bermanfaat ya! Eits, masih ada cerita selanjutnya di Part 2! Cheers!
Informasi yang sangat berguna, dituturkan dengan bahasa yang mudah dibaca dan dicerna. Terima Kasih.
BalasHapus