#1 Red Flags Slow response to Advance Ghosting

 21 September 2020, disini aku duduk tenang di depan laptopku yang sudah lama jadi pengangguran. Setelah ku tarik mundur, genap sudah 9 bulan aku berhenti menulis. Bukan, bukan karena malas, tapi aku terlalu sibuk membereskan kehidupan ku. Sebenarnya sempat saja kalau aku mau menulis tentang ini dan itu, tapi hati tidak bisa kompromi. Oke, sekarang aku siap menulis semua nya.

1 April 2020, saat itu hari Rabu. Aku cek notifikasi di layar ponsel ku bolak balik, padahal sudah jelas tidak ada dering pesan masuk.  Tapi siapa tau aku yang tidak dengar dering notifikasi, ya kan? Sudah 3 hari aku begini, sampai-sampai tanganku panas karena bolak-balik menyeret jari untuk membuka pola kuncian ponsel ku yang otomatis terkunci setiap 30 detik jika tidak digunakan. Soal sakit di jari dan tangan bukan apa-apa kalau mau dibandingkan dengan kegelisahan dan rasa tidak tenang yang ada di hati dan pikiranku. Memikirkan apakah aku salah ucap, apakah aku membosankan untuk diajak bicara, atau jangan-jangan dia sakit dan sedang sekarat? Aku tidak tau jawaban yang benar, yang jelas sudah 3 hari pesanku tidak dibalas oleh Gabe. 

Padahal jawabannya jelas yaitu
“He is not that into you anymore so he doesn’t make any effort.“

Gabe, seseorang yang beberapa bulan lalu tidak henti-hentinya memberikan ku teks dan pesan suara manis, dan selalu meminta penjelasan setiap aku terlambat membalas chat nya. Tidak posesif, tapi ia suka bercanda dan pura-pura kesal saat aku lama tidak membalas chat nya.

Bolak-balik aku mencermati kata demi kata, kalimat demi kalimat yang antara aku dan Gabe tanggal 28 Maret 2020 lalu, tidak ada yang salah. Semua kalimat terasa baik-baik saja dan hangat, bahkan masih banyak sticker dan emoticon lucu bertebaran. Jari telunjuk ku bergerak lebih pelan saat aku menyadari sesuatu yang mengganjal. Tidak, Gabe tidak mengirimkan ku banyak sticker lucu, tapi aku yang membuat kotak chat ini jadi lebih berwarna, ya akulah yang menggunakan banyak sekali sticker dan emoticon. Aku rasa seluruh energi dalam chat ini aku yang ciptakan, bukan Gabe.

“Jangan negative thinking.... Gabe masih kirim emoticon hati kok, we are still cool” Batinku lagi

3 hari tanpa kabar, tanpa suara, tanpa usaha, tapi masih bisa berprasangka baik, apa namanya kalau bukan ketulusan? Ya, namanya bodoh atau nama lainnya BEGO.

Saat itu, aku tidak sadar bahwa Gabe tidak pernah sungguh-sungguh menginginkanku. Ia benar-benar hanya datang dan bersikap manis saat ia tidak punya kerjaan lain, alias sedang bosan saja. Tapi nahasnya, ia punya banyak sekali waktu bosan, sehingga aku keliru, aku fikir saat itu aku menjadi prioritasnya. Saat kamu benar-benar menyayangi seseorang, apapun yang kamu lihat pada orang itu akan terasa benar-benar saja. Tidak ada yang salah. Dasar buta!

Ghosting, atau dalam kata lain biasa disebut dicuekin atau dikacangin. Tidak dihiraukan sama sekali, tidak ada teks balasan, tidak ada percobaan panggilan suara apalagi panggilan video. Durasi ghosting bisa bervariasi bisa 6 jam hingga 7 hari. Perilaku ghosting biasanya diawali oleh Slow Response dari satu pihak terhadap pihak lain. Slow response adalah salah satu red flags alias peringatan yang tidak boleh kamu hiraukan. Ketika seseorang sering melakukan slow response alias balas teks lama banget tanpa suatu alasan yang jelas, maka bisa dipastikan ia sudah kehilangan ketertarikan untuk berbicara denganmu.

“Mungkin dia sibuk, diakan lagi dalam project. Aku ga boleh nuntut berlebihan. Toh semua untuk kebaikan kita di masa depan. Dia sukses, aku bangga.” –Pembelaan paling mainstream

Saat itu Gabe sedang menempuh ujian sertifikasi matematika yang akan digunakannya untuk daftar sekolah kedokteran di Denmark. Bukan, Gabe bukan pria 17 tahun yang baru mau masuk dunia perkuliahan. Gabe berumur 25 tahun, ia lahir 2 tahun lebih dulu dariku. Ia pernah jadi polisi di Denmark, menempuh pendidikan akademi kepolisian di negara nya. Setelah bekerja selama 2.5 tahun, ia pikir jadi polisi bukan jalan yang tepat untuknya. Ia memilih resign, dan mencoba peruntungan menjadi dokter di Universitas Aarhus.

“I will be on Math course for 8 hours long everyday, except weekend” Ucap Gabe saat bulan Maret tepatnya tanggal 10. Beberapa hari sebelum ia memulai kursus matematika nya.

Jika dihitung 24 jam; 8 jam belajar matematika, 8 jam untuk tidur, logikanya masih ada sisa 8 jam yang mungkin ia gunakan untuk aktivitas lainnya. Tidak berlebihankan kalau aku cuma minta 15 detik waktunya untuk sekadar mengabariku bahwa ia masih hidup, atau sekadar menyapa “good morning gorgeous” seperti apa yang selalu ia lakukan dihari-hari sebelum ia mengikuti kursus matematika?

Ladies, it only takes 15 to 20 seconds to type “Good morning” or even just “Hi, have a good day”. So, if he doesn’t do it for you, what do you expect from a man who doesn’t want to sacrifice even just 15 seconds of his life to check on you? Don’t cover him with your bulshit excuses, that’s the red flags you cannot ignore. When he decides to not texting you, that means he decides to lose you.

Why do you have to fight for someone who doesn’t mind to lose you? Please explain me.

“Tapi dia baru satu kali kok begini, mungkin memang lagi sibuk.” – Pembelaan tipe lainnya

Awalnya, Gabe tidak membalas pesanku selama 6 jam. Aku fikir karena perbedaan waktu antara Indonesia dan Denmark yang membuat komunikasi kami tidak berjalan dengan lancar. Lagi pula hanya 6 jam kok, mungkin ia sedang menempuh perjalanan, atau mungkin dia lagi kumpul keluarga?

Sebentar, sepertinya ada yang salah, 6 jam aku ditinggalkan dengan beribu kemungkinan.. semestinya kalau ia benar-benar menghargai ku ia tidak akan membiarkan ku menduga-duga dengan apa yang sebenarnya sedang ia lakukan. Cukup mudah kan untuk bilang “See you later, i need to do some chores”.

Seseorang yang benar-benar menginginkanmu tidak akan membiarkanmu menduga yang macam-macam terhadap dirinya, kecuali kalau dia benar-benar sedang macam-macam.

 

#1 Red Flags Slow response to Advance Ghosting

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kosan di Jerman

Pertanyaan dan saran tes masuk STPB (Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung)

Belanja Murah di Jerman!