Pangkajene dan Kepulauan - Daily Journey of Basic Research

14 agustus 2017. 08.55 waktu indonesia bagian tengah. Pesawat citilink dari bandara berkode CGK sampai di bandara berkode UPG.
Sulawesi Selatan! Pertama kali nya saya menginjakan kaki di pulau yang sedari dulu mengingatkan saya dengan huruf K. Dulu waktu saya TK, saya selalu menyebut pulau Sulawesi sebagai Kalimantan karena bentuk pulau nya seperti huruf K.

Dari bandara Sultan Hassanudin, saya dan kelompok penelitian dasar dijemput oleh kepala dinas pariwisata Kab. pangkep. Beliau bernama Pak Ahmad. Beliau seseorang yang baik hati dan berwibawa. Perjalanan kami tempuh selama 1.5 jam dari Bandara sampai Mattampa Inn. Tempat kami menginap. Penginapan ini milik Pemda setempat. Kami diberikan 3 kamar gratis, total kami ada 7 orang. 2 kamar dilantai 1 dan sisanya ada dilantai 2.

Fasilitas nya berupa AC, Kulkas, TV, Meja rias, Lemari dan 2 tempat tidur. Semua berfungsi dengan baik.

Saran, bawa terminal/colokan cabang dari rumah. Karena biasanya hotel atau penginapan hanya memiliki 2 stop kontak perkamar nya.
Mattampa Inn

Hanya saja kamar mandi di lantai 2 sedang mengalami kerusakan, sehingga tidak dapat digunakan. Jadilah saya punya tugas tambahan, teman saya yang kedapatan kamar dilantai 2 bolak balik ke kamar saya untuk numpang ke kamar mandi. Semoga lekas sembuh ya toilet dikamar lantai 2.

Staff Mattampa Inn juga luar biasa baik. Kebanyakan mereka masih berumur 20-an. Sikap yang ramah dan suka menolong membuat saya menjadi nyaman berada di penginapan yang tergolong sepi ini. Kami sempat beberapa kali meminjam motor staff hotel untuk berjalan jalan ke bambu runcing, demi mencari keramaian. Maklum di Mattampa Inn sepi sekali. Oh iya, beberapa kali kami juga meminjam ruang dapur untuk merebus Indomie.

Berhubung Kami masih mahasiswa, dengan isi kantong masih mengandalkan kiriman orangtua, sedikit gelagapan saat tau harga makanan dirumah makan sekitaran hotel. Bayangkan saja menunya tidak ada yang lebih murah dari 18.000 per sekali makan, itu minumnya air putih. Kalau mau pake teh manis ya nambah lagi hehe. Untuk porsi sih ya standard.

Tadinya kami berencana makan sekali sehari. Eh gagal total. Karena cuaca yang terik, ditambah kegiatan kami mengeksplor kanan kiri dengan jalan kaki. Yang ada kami pingsan kalau makan cuma sekali sehari.

Adapun menu makanan yang dijual tidak jauh jauh dari SOP Saudara, sop kepala ikan, sop pallubasa dan ikan bakar. Sulit menemukan olahan sayur, apalagi buah di sepanjang poros Pangkep, khusunya sekitaran Mattampa Inn. Tapi yang istimewa, ada Indomie rasa Coto Makassar! Saya belum pernah liat varian rasa indomie yang satu ini di Bekasi, Bandung ataupun Jakarta. Rasanya enak, asin asin Coto Makassar. Tetep lebih enak Coto Makassar yang asli.

Di hari pertama, kami sekelompok beserta dosen pembimbing hanya berguling guling di kasur hotel. Ya karena memang badan kami pegal-pegal dan lama lama lapar. Kami mencari makan waktu sore hari, ada rumah makan namanya "Damina". Letaknya tidak jauh dari Mattampa Inn. Hanya sekitar 20 meter ke arah kiri. Nasi ayam harganya 20.000. Awalnya terdengar sangat sangat mahal, tapi ternyata porsi nya bisa untuk 2 orang. Saya tidak sanggup menghabiskannya. Dihidangkan dengan 4 macam sambal, ada sambal kacang, mangga, cabai ulek dan irisan tomat dicampur bawang. Untuk sebanyak dan selengkap ini 20.000 terasa murah. Saya kekenyangan.
Keramahan penjual dengan logat bicara khas Makassar membuat kami nyaman makan di restoran mungil ini. Sesekali mereka menanyakan asal daerah dan tujuan kami datang ke Pangkep, serta sedikit berbagi tentang budaya dan kebiasaan orang orang Pangkep. Menarik!

16. Agustus 2017. Jam pun tidak mau berhenti detaknya. Hari demi hari kami lewati di hotel sambil mengumpulkan data sekunder. Kami ber enam dipecah jadi 3 kelompok, memburu data sekunder. Ada yang pergi ke BPS, Dinas perhubungan, serta Dinas pariwisata. Dengan angkot berwarna biru muda dengan plat nomor berawalan "DD" kami menyambangi tempat-tempat tadi, tidak lupa berbekal surat kesbangpol yang membuat segalanya menjadi lancar jaya.

17.Agustus.2017. Perayaan kemerdekaan Indonesia di Pangkajene cukup ramai dan meriah. Mulai dari gerak jalan yang riuh sampai pelaksanaan upacara di lapangan terbuka yang sangat khidmat. Ya normal, sama seperti di kota kota lainnya. Di gang-gang kecil terpasang bendera bendera merah putih ada yang dari kain ada juga yang dari plastik sehingga berbunyi "kresek kresek" saat ditiup angin yang berhembus ga liat kiri kanan, kencang sekali angin disini. Mungkin karena termasuk daerah pesisir? Atau karena musim? Ya antara dua itu.

Selain angin yang dipengaruhi faktor geografis dan iklim, ada 1 hal lagi khususnya di Pangkajene. Yaitu laju truk-truk dan bus bus besar yang ga kira kira kalo tancap gas, sehingga bagi kami pejalan kaki atau pengendara motor yang ada di kiri jalan seperti dihempas badai angin+pasir. Hati-hati kalau berjalan di jalan poros Pangkep ataupun poros Tonasa. Jalanan didominasi angkutan logistik, sampai sampai kami menyebutnya "Megatron". Benar benar seperti di transformers. Kurang bumblebee aja. Truk truk tadi juga ga kenal waktu. Sampai pernah saya keluar jam 1 malam, mereka masih keluyuran di jalan Poros. 24 jam non-stop! Bahkan saat 17 agustus pun truk dan bus tetap mendominasi jalan Poros.

Oh iya, kebetulan pasukan pengibar bendera kabupaten Pangkep saat itu menginap di Mattampa Inn juga untuk 3 hari. Selepas mereka jadi paskibraka, kira kira pukul 15.00 dangdutan di loby Mattampa Inn tak bisa dihindari. Semua orang bernyanyi, termasuk staff dan kadis pariwisata Pangkep. Seolah menumpahkan kejenuhan yang tertimbun minggu minggu lalu saat harus latihan keras demi upacara perayaan kemerdekaan yang sempurna. Saya akui, banyak orang pangkep yang suaranya merdu! Dangdutan ini berlangsung sampai jam 2 malam. Mulai dari paskibraka sampai staff hotel menyumbangkan seluruh suaranya. Saya tidak keberatan sama sekali, justru senang karena akhirnya Mattampa Inn ramai!

Kami sempat pergi ke Makassar dan singgah di Pantai Losari. Saya sedikit kaget dengan keadaan pantai didepan masjid, ternyata ada sampah yang mengambang. Seperti sampah plastik yang menggerombol jadi satu. Entah itu sampah bawaan air laut atau memang dibuang oleh tangan tangan nakal? Baiknya membuang sampah di tempat sampah, jangan menyakiti alam. Kasihan.

Adapun keadaan di Makassar tidak jauh berbeda dengan di Pangkajene khususnya alun alun dan bambu runcing, ramai. Hm kalau masalah hiburan dan wisata buatan sih Makassar juara. Tapi kalau masalah pemandangan alam, Pangkep masih jadi juara!

Makassar, selayaknya kota besar lainnya. Kemacetan mudah ditemukan, keluar saja saat jam jam sibuk, misal jam 4 atau 5 sore. Belum lagi lampu lalu lintas depan hotel Myko yang hijau nya sebentar banget. Bikin orang berebutan. Selain itu, pusat perbelanjaan modern alias Mall juga udah banyak di Makassar. Saya seperti melihat, Bekasi. Salah satu Mall yang saya kunjungi adalah Panakkukkang Mall. Ya hampir sama dengan Grand Mall Bekasi. Suasananya saja yang agak berbeda.

Selain tempat belanja, untuk kuliner saya sarankan jangan lupa coba Mi Titi. Jadi isinya adalah mi kering disiram dengan kuah kaldu kental. Ada varian rasa ayam dan seafood. Saya ingatkan, PORSI NYA JUMBO. Kami ber 6 tidak ada yang sanggup menghabiskan Mi Titi 1 porsi. Saya sendiri hanya sanggup memakan 3/4. Setelah itu saya begah, susah nafas, dan ngantuk. Hehe. But the taste, SO GOOOOOD! Untuk harga, kalaubsaya tidak salah 27.000 per mangkok nya. Dan minumnya yang khas adalah air jeruk limun. Asam manis segar!
MiTiti Ayam


Mundur sedikit ke tanggal 15 Agustus 2017 ya! Setelah seharian ada di hotel, kami berenam pergi keluar dan bergerak agak jauh ke arah selatan. Bermodalkan 3000 rupiah kami menumpangi angkot ke daerah Palampang. Awalnya niatan kami hanya mencari makanan khas yaitu SOP Saudara. Oiya, sedikit bocoran SOP Saudara itu artinya "Saya Orang Pangkep Saudara!", rempah dan segala resep langsung dibuat di Pangkajene dan oleh orang Pangkajene. Balik lagi ke perjalanan tadi, karena kios kios yang menjual sop saudara jumlahnya lebih dari 10, akhirnya kami bingung memilih restoran. Ditambah salah satu teman kami, Pingkan, tidak mau makan daging, tiba tiba dia mau makan ikan. Karena kelamaan mikir, akhirnya saya putuskan untuk ke apotek dulu membeli hansaplast. Saat saya menyebrang, sangat tidak sengaja saya papasan dengan Pak Ahmad, kepala dinas pariwisata Kab. pangkep yang dihari sebelumnya menjemput kedatangan kami di Bandara Sultan Hasanuddin. Dan akhirnya kami tidak jadi makan Sop saudara, Pak Ahmad mengajak kami untuk minum kopi di Warkop Kita. Wah kopi susu nya enak banget! Apalagi pisang gorengnya!
di Warkop Kita


Pisang goreng di "warkop kita" menemani perbincangan kami dengan Pak Ahmad mengenai pulau Camba Cambang yang saat ini masih dalam tahap pengembangan. Dan setelah kopi nya habis, Pak Ahmad mengajak kami singgah di Pulau Camba Cambang. Kami berenam benar benar baru bangun tidur bahkan ada yang masih pakai piyama, saya sendiri masih menggunakan celana futsal warna biru. Benar-benar tidak direncanakan.

Dari Palampang kami menuju ke pelabuhan, saya agak lupa itu pelabuhan apa, yang jelas tidak terlalu besar, bukan pelabuhan di Bringkasi yang jelas. Mobil ber plat merah itu melaju tidak terlalu kencang, Pak Ahmad menunjukan pada kami tambak tambak garam, hamparan sawah yang menguning karena musim panen serta rumah rumah panggung yang di atapnya memiliki undakan, kalau undakannya 1 berarti rakyat biasa, kalau 2 namanya Daeng, dan kalau 3 berarti Karaeng. Menunjukkan status sosialnya. CMIIW!

Oh iya, mengenai tambak garam! Tahun ini petani garam mendapatkan untung sangat besar hingga milyaran karena kelangkaan garam yang terjadi di pulau Jawa bulan Agustus lalu. Informasi yang saya terima membuat saya tercengang. Sebegitu besar dampak nya.
KERBAU DIMANA MANA COY 

Jangan kaget melihat kerbau-kerbau berbadan besar yang berkeliaaran dengan bebas disini. Mereka dibiarkan berada dialam bebas hingga umurnya dianggap cukup untuk dijual atau dipotong. Masih terdapat burung bangau yang terbang rendah dan pelan diareal ini. Benar-benar menyenangkan!

Mengenai pulau Camba Cambang dan perjalanan selanjutnya ada di post selanjutnya ya!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kosan di Jerman

Pertanyaan dan saran tes masuk STPB (Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung)

Belanja Murah di Jerman!