Cerita Kecil di Bandung - Salah eja! Mis-Spell
Hoy! Kangen nge-blog! Kangen curhat sih sebenernya. hehe.
Ga sengaja, saya nge-puter lagu Greyson Chance- Afterlife. Sumpah! Setelah sekitar 2 tahun ga dengerin suara mas-mas yang satu ini, dan tolong di catat, lagu terakhir yang saya dengarkan pada saat itu judulnya Leila, dimana suara mas Greyson ini masih ya cempreng-cempreng sexy nan menggemaskan. BUT GUESS WHAT.... when i heard AFTERLIFE, gua menganga-nganga ga karuan, ga percaya, ya kurang lebih kayak seekor hipopotamus gendut yang kurang air. Suara seorang Greyson Chance yang sekarang, super duper berat, jika terukur dengan massa ya kira-kira 70 ton lebih berat dari suaranya yang gue dengarkan 2 tahun yang lalu. YELAH LEBAY LO RES!
Oh ya, kali ini gua nge-blog dengan status seekor..em..sehelai....segentong.... oke seorang MAHASISWI. YEAY! *garing*
Saat ini gua menempuh pendidikan di SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG, atau yang lebih asoy disebut dengan EnHaii.
Mau cerita aja dikit... ga deng... banyak...
"Antares", nama sebuah bintang yang menjadi embel-embel dibelakang nama asli gue yang super duper irit, Jadi sekarang ini gua dikenal dengan nama "ARES" dikalangan tempat laundry dan abang abang martabak.
Bingung pasti? Yaudah gue jelasin deh
.
Jadi gini, gue itu lahir dengan takdir yang agak mujur, entah mujur entah apa deh, jadi kedua orang tua gue menamai gue dengan satu kata, yaitu "D-I-N-A". Singkat, irit, padat dan agak ga jelas.
Saking iritnya, nama gue ini sering banget-banget jadi masalah disaat gua mau bikin akun yang dimiliki oleh luar negeri, karena mereka biasanya memberikan form "First name" dan "Last Name", sialnya ada beberapa form yang ga bisa diisi sama, alias first dan last name nya harus berbeda.
Berbekal pengalaman yang merepotkan inilah akhirnya gua memutuskan untuk mengarang nama belakang demi kemudahan umat manusia.
Oh iya, gua pernah senewen setengah mati sama suatu exhibition gara-gara mereka meminta first name dan last name yang sama dengan ID Card alias KTP, yang jelas membuat gua muter otak, dan sama seperti form lain, first dan last name harus berbeda. TERUS GUE HARUS GIMANA?
Tapi ya namanya "lucky" mah ada aja, pemeriksaan saat gate masuk hanya dilihat valid tidaknya email gue. Jadilah bisa masuk. Pada saat itu gua belum pake nama "Antares". Lagian setelah gua pikir-pikir, gua ga akan dituntut atas "pengarangan" nama ini.
Antares sendiri baru mlekat bersama gue saat gua tinggal di Bandung, saat jadi mahasiswi, tepatnya saat gua buka akun instagram... yang gua buka dengan nama "DINAANTARES_" jadilah dikenal dengan nama "ANTARES". Tapi udah ganti sih nama akunnya sekarang. Gua juga mengalami masa-masa labil, nama gua mengalami berbagai macam revolusi, sedari TK.
1.Dina Purwoko, ini nama sempet melekat waktu gua TK, Purwoko sendiri adalah nama bapak gue, tanpa izin, tanpa bilang, gua mengukir nama Dina Purwoko diseluruh buku pelajaran sedari TK sampai SD kelas 4. Namun semua administratif dan akte kelahiran tetap tertulis "DINA"
2. Dina Januar, nah ini muncul saat SMP kelas 3, lataran harus nulis nama email buat ditulis di buku tahunan. Setelah bertahun-tahun gua populer dengan nama Dinadoank**@yahoo.com" itulah email alay gua, yang sekarang udah jarang banget gua pake. Kan ga mungkin gua nulis email se alay dan se-najis itu buat buku tahunan, akhirnya tercetuslah Dinajanuar**@gmail.com" Alhamdulillah.
3. Dina Antares, setelah bosan dengan nama-nama yang terkesan pasaran dan ga cocok, ya udah dah, berbekal nyari di google, boom, lahirlah nama Dina Antares, yang kalo kepanjangan nyebutnya bisa disingkat jadi Ares. Ares sendiri adalah dewa perang yang dipercaya oleh orang-orang Yunani. Yuk perang. Perang nilai maksudnya, asiek wkwk. Tae.
Pasti muncul di benak kalian kenapa ga pake nama "DINA" aja kalo untuk abang laundry dan pemesanan martabak?
Biar gua ceritakan!
Selama 7 bulan gue merantau di Bandung, cailah merantau, alah najis. Yaudah, merantau. Selama 7 bulan ini, kurang lebih gua udah melakukan laundry 4 kali dan mesen martabak sekitar 9 kali.(BOLD, ITALIC, UNDERLINE MODE ON)
Gua pernah hampir berantem sama abang laundry gara-gara dia salah nulis nama gue..
Jadi gini, gua nge-laundry di deket kostan gue, biasanya gue nge-laundry ditempat bu Ade, yang mana adalah ibu kost gue, jadi dia kenal betul dengan gua. Nah 3 kali gua ngelaundry di dia, fine-fine aja. Nah, pas gua mau nge-laundry lagi ternyata TUTUP.
Berlarilah gua mencari tempat laundry lain, demi nyuci sprei dan mukena yang segede gaban, dan gua ga kuat kalo disuruh cuci sendiri. Ya udah, gua masukin ke tempat laundry sebut aja namanya "XXXX". Nah, biasanya tukang laundry ini punya double data, jadi saat kita memasukkan cucian kesana, kita akan diberi bon yang tertera nama kita beserta harganya, nah tepat dilembar selanjutnya dari bon ada kertas copy-annya yang dipegang oleh sang pemilik laundry.
Nah, pada saat itu, anehnya, abang laundry ini ga nulis nama gue di bon yang gue pegang. Karena emang gua gapernah nge-laundry di XXXX ini sebelumnya, ya gua kira emang cara kerja nya begitu.
Terus ditimbang, ya 2 kilo. 10rebu. Dikasih bon putih ke gue. Setelah bon ditangan gue, dia baru nanya nama....
Abang laundry : "Atas nama siapa?"
Gue : "Dina"
Abang Laundry : "3 hari baru bisa diambil"
Gue : "Ya, saya bayarnya pas ngambil aja ya."
Abang laundry : "Boleh"
Jadilah gue pulang dengan mengenggam bon putih ditangan. Singkat cerita 3 hari kemudian gua balik ke laundry XXXX ini buat ngambil sprei dan mukenah yang gue harapkan sudah bersih.
Gue : "Pak, atas nama Dina."
Lalu si abang laundry ini pun mencari di rak nya dengan nama "DINA". Sekitar 15 menit dia masih ga nemu-in laundryan gue. Disini gua mulai curiga.... agak panik... disaat yang sama, temen gue yang namanya Monika sempet memperingatkan gue buat GA NGE-LAUNDRY DI XXXX ini, gara-gara 3 celana dan sehelai bajunya hilang saat di laundry ditempat XXXX ini.
Disaat itu juga, gue mengutuk diri sendiri... kalo sampe itu mukena ilang, EMAK GUE BISA MURKA. Lantaran harga mukena yang gue punya ini harganya ya lumayan dah pokoknya di kantong ibu-ibu rumah tangga.
"Gila bisa abis gua diomelin kalo sampe ilang" Gerutu dalam hati
Abang laundry : "Waktu itu nge-laundry apa?"
Gue : "Sprei sama mukena, 2 kilo, 10 rebu"
Setelah berputar-putar si abang laundry ini menyodorkan seplastik hasil cucian.
Abang laundry : "Ini bukan? Namanya Gina.."
Lalu gua pun melihat sambil membolak-balikkan plastik, sekitar 30 detik gua baru bisa mengenali kalo itu adalah mukena dan sprei gue..
Gue : "Iya, bener yang ini"
Awalnya gua ga mempermasalahkan kesalahan penulisan nama ini, tapi....
Abang laundry : "Tapi kok kayak ga ngenalin gitu? Itu beneran punya mbak nya?"
Si abang laundry ini bertanya seolah-olah gue mencuri baju orang lalu mengaku-ngaku kalau barang itu milik gue. KESEL GA SIH LO KALO JD GUE. Dengan tatapan mengintimidasi, si abang laundry ini terus menatap saya tajam.
Ya bagaimana saya tidak bingung, saya kira setelah di laundry mukena saya akan putih kinclong, namun yang terjadi malah sebaliknya, mukena saya menjadi lebih-lebih-lebih kuning dari sebelumnya, bahkan hampir seperti coklat, menyebalkan sekali. Tempat laundry XXXX ini berhasil membuat saya naik darah. Langsung saja saya bayar sambil menjeplak "Ini bukan nama saya, saya kira ini juga bukan mukena saya, karena mukena saya warna putih, tapi sekarang jadi kuning." Lalu saya pergi tanpa mengatakan terima kasih, jarang sekali saya melakukan hal se-tidak sopan itu kepada orang yang lebih tua, tapi saya rasa abang laundry itu patut mendapatkan itu. Dengan kesal, saya membuat perjanjian kepada diri saya sendiri bahwa saya tidak akan me-laundry pakaian di tempat XXXX lagi.
Abang laundry ini sedikit memberikan saya pelajaran, yaitu tentang pelayanan. ini adalah contoh dari pelayanan yang buruk.
Semenjak dari kejadian itu, saya cari tempat laundry lain. Untung banyak tempat laundry dideket kostan. Dan mulai saat itu saya pakai nama "ARES". Selama ini sih selalu benar, jadi saya memutuskan untuk tetap menggunakan nama itu untuk pemesanan martabak dan laundry.
Nah, kalau yang mesen martabak, gue ada cerita juga nih. Jadi waktu itu, gue beli martabak ditempat yang rame banget, sehingga harus sabar menunggu. Si pemesan harus bayar dulu, lalu dicatat namanya. Setelah martabak matang, si pelayan eh bukan pelayan, karena martabak adalah makanan kelas tiggi jadi yang melayani adalah peri, sebut saja PERI MARTABAK, si peri akan berteriak-teriak memanggil nama si pemesan.
Ya setelah kurang lebih 20 menit nunggu si peri teriak-teriak...
Peri martabak : "NINA, NINA, ATAS NAMA NINAA.. NINA..."
Namun tidak ada yang berdiri, saya langsung teringat kejadian laundry, langsunglah saya berdiri, dan benar saja, si peri ini salah menulis nama saya, salah mendengar mungkin. Martabak keju coklat atas nama NINA pun sampai ditangan saya. Kedua teman saya yang menemani saat itu terpingkal-pingkal lantaran nama saya yang sering sekali mengalami "Mis-spelling" padahal saya sudah menyebutkan dengan jelas sekali. Pada pemesanan selanjut-selanjutnya, saya menghindari pemanggilan "NINA", akhirnya saya memesan dengan nama ARES. Mungkin si peri martabak sudah hafal dengan saya.
Jadi sebenernya apa hubungan si Greyson Chance sama nama gue yang sering Mis-Spelling. Jawabannya adalah GA ADA. Ya udah, itu yang bisa gue ketik sekarang. See ya!
Ga sengaja, saya nge-puter lagu Greyson Chance- Afterlife. Sumpah! Setelah sekitar 2 tahun ga dengerin suara mas-mas yang satu ini, dan tolong di catat, lagu terakhir yang saya dengarkan pada saat itu judulnya Leila, dimana suara mas Greyson ini masih ya cempreng-cempreng sexy nan menggemaskan. BUT GUESS WHAT.... when i heard AFTERLIFE, gua menganga-nganga ga karuan, ga percaya, ya kurang lebih kayak seekor hipopotamus gendut yang kurang air. Suara seorang Greyson Chance yang sekarang, super duper berat, jika terukur dengan massa ya kira-kira 70 ton lebih berat dari suaranya yang gue dengarkan 2 tahun yang lalu. YELAH LEBAY LO RES!
Oh ya, kali ini gua nge-blog dengan status seekor..em..sehelai....segentong.... oke seorang MAHASISWI. YEAY! *garing*
Saat ini gua menempuh pendidikan di SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG, atau yang lebih asoy disebut dengan EnHaii.
Mau cerita aja dikit... ga deng... banyak...
"Antares", nama sebuah bintang yang menjadi embel-embel dibelakang nama asli gue yang super duper irit, Jadi sekarang ini gua dikenal dengan nama "ARES" dikalangan tempat laundry dan abang abang martabak.
Bingung pasti? Yaudah gue jelasin deh
.
Jadi gini, gue itu lahir dengan takdir yang agak mujur, entah mujur entah apa deh, jadi kedua orang tua gue menamai gue dengan satu kata, yaitu "D-I-N-A". Singkat, irit, padat dan agak ga jelas.
Saking iritnya, nama gue ini sering banget-banget jadi masalah disaat gua mau bikin akun yang dimiliki oleh luar negeri, karena mereka biasanya memberikan form "First name" dan "Last Name", sialnya ada beberapa form yang ga bisa diisi sama, alias first dan last name nya harus berbeda.
Berbekal pengalaman yang merepotkan inilah akhirnya gua memutuskan untuk mengarang nama belakang demi kemudahan umat manusia.
Oh iya, gua pernah senewen setengah mati sama suatu exhibition gara-gara mereka meminta first name dan last name yang sama dengan ID Card alias KTP, yang jelas membuat gua muter otak, dan sama seperti form lain, first dan last name harus berbeda. TERUS GUE HARUS GIMANA?
Tapi ya namanya "lucky" mah ada aja, pemeriksaan saat gate masuk hanya dilihat valid tidaknya email gue. Jadilah bisa masuk. Pada saat itu gua belum pake nama "Antares". Lagian setelah gua pikir-pikir, gua ga akan dituntut atas "pengarangan" nama ini.
Antares sendiri baru mlekat bersama gue saat gua tinggal di Bandung, saat jadi mahasiswi, tepatnya saat gua buka akun instagram... yang gua buka dengan nama "DINAANTARES_" jadilah dikenal dengan nama "ANTARES". Tapi udah ganti sih nama akunnya sekarang. Gua juga mengalami masa-masa labil, nama gua mengalami berbagai macam revolusi, sedari TK.
1.Dina Purwoko, ini nama sempet melekat waktu gua TK, Purwoko sendiri adalah nama bapak gue, tanpa izin, tanpa bilang, gua mengukir nama Dina Purwoko diseluruh buku pelajaran sedari TK sampai SD kelas 4. Namun semua administratif dan akte kelahiran tetap tertulis "DINA"
2. Dina Januar, nah ini muncul saat SMP kelas 3, lataran harus nulis nama email buat ditulis di buku tahunan. Setelah bertahun-tahun gua populer dengan nama Dinadoank**@yahoo.com" itulah email alay gua, yang sekarang udah jarang banget gua pake. Kan ga mungkin gua nulis email se alay dan se-najis itu buat buku tahunan, akhirnya tercetuslah Dinajanuar**@gmail.com" Alhamdulillah.
3. Dina Antares, setelah bosan dengan nama-nama yang terkesan pasaran dan ga cocok, ya udah dah, berbekal nyari di google, boom, lahirlah nama Dina Antares, yang kalo kepanjangan nyebutnya bisa disingkat jadi Ares. Ares sendiri adalah dewa perang yang dipercaya oleh orang-orang Yunani. Yuk perang. Perang nilai maksudnya, asiek wkwk. Tae.
Pasti muncul di benak kalian kenapa ga pake nama "DINA" aja kalo untuk abang laundry dan pemesanan martabak?
Biar gua ceritakan!
Selama 7 bulan gue merantau di Bandung, cailah merantau, alah najis. Yaudah, merantau. Selama 7 bulan ini, kurang lebih gua udah melakukan laundry 4 kali dan mesen martabak sekitar 9 kali.(BOLD, ITALIC, UNDERLINE MODE ON)
Gua pernah hampir berantem sama abang laundry gara-gara dia salah nulis nama gue..
Jadi gini, gua nge-laundry di deket kostan gue, biasanya gue nge-laundry ditempat bu Ade, yang mana adalah ibu kost gue, jadi dia kenal betul dengan gua. Nah 3 kali gua ngelaundry di dia, fine-fine aja. Nah, pas gua mau nge-laundry lagi ternyata TUTUP.
Berlarilah gua mencari tempat laundry lain, demi nyuci sprei dan mukena yang segede gaban, dan gua ga kuat kalo disuruh cuci sendiri. Ya udah, gua masukin ke tempat laundry sebut aja namanya "XXXX". Nah, biasanya tukang laundry ini punya double data, jadi saat kita memasukkan cucian kesana, kita akan diberi bon yang tertera nama kita beserta harganya, nah tepat dilembar selanjutnya dari bon ada kertas copy-annya yang dipegang oleh sang pemilik laundry.
Nah, pada saat itu, anehnya, abang laundry ini ga nulis nama gue di bon yang gue pegang. Karena emang gua gapernah nge-laundry di XXXX ini sebelumnya, ya gua kira emang cara kerja nya begitu.
Terus ditimbang, ya 2 kilo. 10rebu. Dikasih bon putih ke gue. Setelah bon ditangan gue, dia baru nanya nama....
Abang laundry : "Atas nama siapa?"
Gue : "Dina"
Abang Laundry : "3 hari baru bisa diambil"
Gue : "Ya, saya bayarnya pas ngambil aja ya."
Abang laundry : "Boleh"
Jadilah gue pulang dengan mengenggam bon putih ditangan. Singkat cerita 3 hari kemudian gua balik ke laundry XXXX ini buat ngambil sprei dan mukenah yang gue harapkan sudah bersih.
Gue : "Pak, atas nama Dina."
Lalu si abang laundry ini pun mencari di rak nya dengan nama "DINA". Sekitar 15 menit dia masih ga nemu-in laundryan gue. Disini gua mulai curiga.... agak panik... disaat yang sama, temen gue yang namanya Monika sempet memperingatkan gue buat GA NGE-LAUNDRY DI XXXX ini, gara-gara 3 celana dan sehelai bajunya hilang saat di laundry ditempat XXXX ini.
Disaat itu juga, gue mengutuk diri sendiri... kalo sampe itu mukena ilang, EMAK GUE BISA MURKA. Lantaran harga mukena yang gue punya ini harganya ya lumayan dah pokoknya di kantong ibu-ibu rumah tangga.
"Gila bisa abis gua diomelin kalo sampe ilang" Gerutu dalam hati
Abang laundry : "Waktu itu nge-laundry apa?"
Gue : "Sprei sama mukena, 2 kilo, 10 rebu"
Setelah berputar-putar si abang laundry ini menyodorkan seplastik hasil cucian.
Abang laundry : "Ini bukan? Namanya Gina.."
Lalu gua pun melihat sambil membolak-balikkan plastik, sekitar 30 detik gua baru bisa mengenali kalo itu adalah mukena dan sprei gue..
Gue : "Iya, bener yang ini"
Awalnya gua ga mempermasalahkan kesalahan penulisan nama ini, tapi....
Abang laundry : "Tapi kok kayak ga ngenalin gitu? Itu beneran punya mbak nya?"
Si abang laundry ini bertanya seolah-olah gue mencuri baju orang lalu mengaku-ngaku kalau barang itu milik gue. KESEL GA SIH LO KALO JD GUE. Dengan tatapan mengintimidasi, si abang laundry ini terus menatap saya tajam.
Ya bagaimana saya tidak bingung, saya kira setelah di laundry mukena saya akan putih kinclong, namun yang terjadi malah sebaliknya, mukena saya menjadi lebih-lebih-lebih kuning dari sebelumnya, bahkan hampir seperti coklat, menyebalkan sekali. Tempat laundry XXXX ini berhasil membuat saya naik darah. Langsung saja saya bayar sambil menjeplak "Ini bukan nama saya, saya kira ini juga bukan mukena saya, karena mukena saya warna putih, tapi sekarang jadi kuning." Lalu saya pergi tanpa mengatakan terima kasih, jarang sekali saya melakukan hal se-tidak sopan itu kepada orang yang lebih tua, tapi saya rasa abang laundry itu patut mendapatkan itu. Dengan kesal, saya membuat perjanjian kepada diri saya sendiri bahwa saya tidak akan me-laundry pakaian di tempat XXXX lagi.
Abang laundry ini sedikit memberikan saya pelajaran, yaitu tentang pelayanan. ini adalah contoh dari pelayanan yang buruk.
Semenjak dari kejadian itu, saya cari tempat laundry lain. Untung banyak tempat laundry dideket kostan. Dan mulai saat itu saya pakai nama "ARES". Selama ini sih selalu benar, jadi saya memutuskan untuk tetap menggunakan nama itu untuk pemesanan martabak dan laundry.
Nah, kalau yang mesen martabak, gue ada cerita juga nih. Jadi waktu itu, gue beli martabak ditempat yang rame banget, sehingga harus sabar menunggu. Si pemesan harus bayar dulu, lalu dicatat namanya. Setelah martabak matang, si pelayan eh bukan pelayan, karena martabak adalah makanan kelas tiggi jadi yang melayani adalah peri, sebut saja PERI MARTABAK, si peri akan berteriak-teriak memanggil nama si pemesan.
Ya setelah kurang lebih 20 menit nunggu si peri teriak-teriak...
Peri martabak : "NINA, NINA, ATAS NAMA NINAA.. NINA..."
Namun tidak ada yang berdiri, saya langsung teringat kejadian laundry, langsunglah saya berdiri, dan benar saja, si peri ini salah menulis nama saya, salah mendengar mungkin. Martabak keju coklat atas nama NINA pun sampai ditangan saya. Kedua teman saya yang menemani saat itu terpingkal-pingkal lantaran nama saya yang sering sekali mengalami "Mis-spelling" padahal saya sudah menyebutkan dengan jelas sekali. Pada pemesanan selanjut-selanjutnya, saya menghindari pemanggilan "NINA", akhirnya saya memesan dengan nama ARES. Mungkin si peri martabak sudah hafal dengan saya.
Jadi sebenernya apa hubungan si Greyson Chance sama nama gue yang sering Mis-Spelling. Jawabannya adalah GA ADA. Ya udah, itu yang bisa gue ketik sekarang. See ya!
Komentar
Posting Komentar